.

.
» » Sumbang Nilai Ekspor Rp 500 T, Inilah Air Liur Paling Berharga




RedaksiManado.Com
- Sumber daya alam Indonesia penuh dengan berbagai kekayaan yang bisa dimanfaatkan demi menyejahterakan masyarakatnya. Bahkan, sekelas air liur dari hewan di alam pun bisa memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Dia adalah Sarang burung walet.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sempat mengungkapkan pasar besar dari ekspor komoditas ini adalah China.

"Kita ini penghasil, pengekspor konon kabarnya 2.000 ton burung walet, 110 ton di antaranya sudah terakreditasi dan dijual langsung ke RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Bisa dibayangkan dari 110 ton, 1 Kg nilainya Rp 25 juta dan sisanya kita lewati beberapa negara singgahan. Hong Kong, Vietnam, Malaysia dan ujungnya sampai juga ke RRT. Harga tersebut kita hitung, 2.000 ton saja dikali Rp 25 juta, nilainya Rp 500 triliun, artinya US$ 3,5 billion (miliar)," papar Lutfi.

Selama ini Indonesia mengandalkan banyak komoditas lain demi mengejar defisit neraca perdagangan, mulai dari lemak dan minyak hewan/nabati, mesin dan perlengkapan elektrik hingga kendaraan dan bagiannya. Sayang, defisit transaksi berjalan atauCurrent Account Deficit(CAD) masih kerap terjadi tiap kuartalnya. Kali ini, sarang burung walet akan diangkat menjadi komoditas ekspor andalan RI.

Mengutip situs Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi Nusa Tenggara Barat, sarang burung walet berasal dari air liur burung wallet yang telah memadat dan mengering.

Unggahan situs tertanggal 8 Desember 2021 itu menyebutkan, sarang burung walet memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, mulai dari mencegah penuaan, meningkatkan konsentrasi hingga melawan kanker, tidak heran bila harga sarang burung walet terbilang tinggi. Inilah yang membuat banyak orang rela membeli dan mengonsumsibuat kesehatan.

Namun kini, produksi di Pulau Jawa kian menurun akibat berkurangnya lahan, seperti hutan hingga gua. Padahal, itu merupakan habitat asli dari burung walet. Pergeseran itu sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

"Ada sejarah panjangnya, dulu sarang-sarang burung di gua. Mungkin 150 tahun yang lalu rumah-rumah kosong di daerah Gresik, Worosari, Purwodadi kemasukan burung walet. Kita kembangkan gimana beternak walet secara modern," jelas Ketua umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) Boedi Mranata.

Kian hari, komoditas ini pun kian berkembang. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan jumlah produksi sarang burung walet terbesar di dunia, jumlahnya sekitar 75%.

"Produksidari Pulau Jawa mulai turun, Sumatera pernah di masa emas, sekarang mulai turun. Sekarang larinya ke Kalimantan, Sulawesi kita harap nanti lari ke Irian tapi sampai sekarang belum ada rumah walet," sebut Boedi.**(Cb)

Admin RMC 3/19/2022

Penulis: Admin RMC

RedaksiManado.Com : Situs Media Online yang menyajikan berita secara umum baik Internasional, Nasional dan Khususnya di Sulawesi Utara
«
Berikutnya
Posting Lebih Baru
»
Sebelumnya
Posting Lama

Tidak ada komentar: