.

.
» » » Es Di Puncak Jayawijaya Punah 2025 Karena Pemanasan Global

RedaksiManado. Com
- Pemanasan global adalah suatu fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan kegiatan alih guna lahan. Kegiatan ini menghasilkan gas-gas yang semakin lama semakin banyak jumlahnya di atmosfer, terutama gas karbon dioksida (CO2) melalui proses yang disebut efek rumah kaca.

Salah satu pengaruhnya adalah Es di pegunungan tertinggi di Indonesia, Jawawijaya, diprediksi bakal punah pada 2025 oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Penyusutan ini diungkap karena perubahan iklim atau pemanasan global.Titik tertinggi di Jayawijaya yang berada di Papua adalah Puncak Jaya (Piramida Cartensz), sekitar 4.884 meter di atas permukaan laut. Terdapat area salju di sana yang sebelumnya disebut sebagai salju abadi.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/3), menjelaskan, penelitian baru dari BMKG menyimpulkan prediksi, salju itu akan hilang tiga tahun dari sekarang.

"Penyusutan gunung es puncak Jaya Wijaya yang diteliti oleh BMKG, diprediksi tahun 2025 es itu sudah punah, sudah tidak ada di Puncak Jayawijaya lagi," katanya.

Selain Puncak Jaya, ada berbagai titik tinggi di Jayawijaya, yaitu Puncak Mandala (4.760 mdpl), Puncak Trikora (4.730 mdpl), Puncak Idenberg (4.673 mdpl), Puncak Yamin (4.535 mdpl), dan Puncak Carstenz Timur (4.400 mdpl).

Gletser atau lapisan es besar yang turun perlahan di Puncak Trikora diketahui sudah menghilang sejak 1939 hingga 1962. Lalu sejak 1970-an bukti pencitraan satelit menunjukkan gletser di Puncak Jaya menyusut cepat.

Dalam ekspedisi yang dipimpin paleoklimatologi, Lonnie Thompson, pada 2010 menemukan bahwa gletser menghilang pada tingkat ketebalan tujuh meter per tahun dan lenyap ada tahun 2015.

Dwikorita mengungkap area di Puncak Jaya saat ini tinggal 1 persen, terkikis karena perubahan iklim.

"Dan saat ini kondisinya tinggal 1 persen area es di Puncak Jaya dari 200 kilometer persegi, sekarang tinggal 2 kilometer persegi," jelas dia.

Pemanasan Global juga sudah memengaruhi suhu udara di Jakarta yang sebelumnya diprediksi naik 1 derajat celcius pada 2030. Pada 2016 dikatakan suhu udara di ibu kota udah meningkat 1,5 derajat celcius.

"Kesepakatan global itu dibatasi 1 derajat celcius nanti di tahun 2030. Jadi betapa melampauinya. Maaf ini data tahun 2016. Jadi ini mendahului tahun 2030, jadi sudah hampir mencapai 1,5 (derajat)," katanya.

Lantas, bagaimana kita dapat menanggulangi pemanasan global?
Terdapat berbagai cara untuk menanggulangi permasalahan yang sudah sejak lama ini. Salah satunya adalah dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara. Pasalnya, bahan bakar fosil adalah penyebab terbesar tingginya kadar CO2 di bumi.

Cara lainnya adalah dengan melakukan reboisasi, yaitu proses penanaman kembali hutan yang telah ditebang dan memperbanyak lahan hijau. Dengan begitu, CO2 akan terserap oleh tumbuhan dan mengurangi dampak pemanasan global.

Terakhir, kita bisa mengurangi pemakaian plastik untuk menghindari tumpukan limbah plastik yang bisa menghasilkan gas metana. Selain itu, limbah plastik akan sulit terurai oleh lingkungan. Mulailah beralih ke bahan yang lebih mudah terurai.

Sayangi dan cintailah bumi untuk kita dan generasi selanjutnya ya, Sobat ***(07)

Admin RMC , 3/21/2022

Penulis: Admin RMC

RedaksiManado.Com : Situs Media Online yang menyajikan berita secara umum baik Internasional, Nasional dan Khususnya di Sulawesi Utara
«
Berikutnya
Posting Lebih Baru
»
Sebelumnya
Posting Lama

Tidak ada komentar: