.

.
» » » JWS Seorang Guru Yang “Bereinkarnasi” Menjadi Pemimpin Fenomenal di Minahasa

MINAHASA, RedaksiManado.Com -17 maret 2013 silam , menjadi awal terciptanya sejarah baru bagi Kabupaten Minahasa, dimana untuk pertama kali, setelah hampir 50 tahun lamanya daerah ini dikuasai Golkar, berbalik dikuasai PDI Perjuangan, dan Jantje Wowiling Sajow (JWS) adalah Bupatinya.

Di awal kepemimpinannya sebagai Bupati, banyak yang meragukan dan pesimis, dikarenakan JWS secara defacto, adalah bagian dari produk pemerintahan sebelumnya. Tapi ternyata mantan guru SMA ini mampu membuktikan bahwa keraguan serta pesimis itu keliru.

Berbekal pengalaman sebagai mantan guru dan Kepala Sekolah, mantan anggota DPRD Minahasa, serta mantan birokrat senior, JWS mampu melakukan misi yang dahulunya imposible menjadi posible.

Salah satu misi tersebut adalah mematahkan Mitos Kota Tondano yang terkenal dengan sebutan Kota Mati, kini berubah menjadi kota produktif dengan aktifitas ekonomi yang perlahan mulai bangkit dan bergairah lagi.

Salah satu indikator kemajuan Kota Tondano, yang signifikan adalah kehadiran restoran waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC), yang akan segera beroperasi pada bulan Desember 2017 mendatang.

Restoran milik Amerika ini diketahui sangat selektif memilih daerah tempat mereka beroperasi. Dipilihnya Kota Tondano, tentu sebuah kejutan dan berkat tersendiri untuk warga Kota Tondano. Jaminan rasa amanlah yang menjadi licensi JWS, sehingga KFC “memberanikan diri” melakukan “ekspansi” di Kota Tondano. Luar biasa memang!

Belum lagi jika bicara pembangunan infrastruktur serta penataan Kota Tondano. Perlahan namun pasti, berbekal niatnya, JWS mampu melakukan hal yang enggan dilakukan pendahulunya, yakni membangun trotoar ala jepang, mengaspal jalan dalam Kota dan luar Kota Tondano, Membangun Terminal, membangun Taman Kota, Benteng Moraya, Fasilitas Olahraga untuk publik, serta merestrukturisasi saluran drainase penyebab banjir dalam Kota.

” Semua itu murni saya lakukan karena kecintaan saya terhadap Kota Tondano, ibukota Kabupaten Minahasa, yang dahulunya enggan diperhatikan, padahal, Tondano menjadi barometer maju tidaknya pembangunan di Kabupaten Minahasa,” ungkap JWS, ketika diwawancarai media ini, Selasa (27/9).

“Hal paling sederhana yang harus kita lakukan ketika menjadi pemimpin adalah komitmen untuk rakyat, apa yang rakyat inginkan, itu yang kita lakukan,” ungkapnya lagi.

Saat ditanya ide membangun Taman God Bless Minahasa di Lapangan Samratulangi Tondano, diceritakan JWS bahwa ide itu datang ketika dia dan istri tercinta Olga Sajow Singkoh mendapati lapangan samratulangi begitu gelap tanpa cahaya.

” Langsung tercetus ide, membuat sebuah taman dengan tulisan raksasa, mengadobsi tulisan Amsterdam yang ada di Negeri Belanda ketika tahun 2002 saya berkunjung disana, disitulah tercetus ide membuat taman yang mirip dengan tulisan God Bless Minahasa,” tuturnya.

JWS bisa dikata adalah pemimpin visioner dan briliant. Lewat tangan dinginnya, dia juga mampu menjadikan Kabupaten Minahasa sebagai tuan rumah sejumlah iven Nasional, mulai dari PON Mini Nasional, Perayaan Natal Nasional, Indonesia Youth Day 2016, Paskah Nasional, Pisah Sambut Uskup Manado, serta Perkemahan Remaja Nasional PGI.

Belum lagi jika bicara soal prestasi yang dicapai JWS, jelang 5 tahun kepemimpinannya di Kabupaten Minahasa. Sejak jaman Presiden SBY hingga Jokowi, deretan prestasi dan penghargaan yang di berikan seakan tiasa habisnya.

Mulai dari penghargaan di bidang pembangunan, pendidikan, kemasyarakatan dan kesehatan hingga dibidang pemerintahan yakni 2 kali berturut-turut mendapat penghargaan sebagai daerah dengan LKPD terbaik se-Sulawesi Utara.

Dibidang akuntabilitas serta transparansi pengelolaan keuangan, JWS mampu membawah Kabupaten Minahasa berhasil mendapatkan opini penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, selama tiga tahun berturut turut.

Bicara soal kesejahtraan ASN, baru dijaman JWSlah Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) ASN di Minahasa adalah yang tertinggi di Sulawesi Utara, tidak heran pejabat sekelas esalon 3 dan 4, rata-rata mampu memiliki kendaraan pribadi.

“Khusus TKD total anggaran yang ditambah di APBD yaitu Rp 80 Miliard, andaikata pemimpin itu berlatar belakang pengusaha pasti uang sebanyak itu sudah dijadikan proyek, tapi untunglah saya ini bukan pengusaha melainkan bekas birokrat, jadi tahu betul jika ASN itu butuh yang namanya kesejahteraan juga,” imbuhnya.

Bentuk perhatian JWS, tidak berhenti pada kesejahtraan ASN saja, karena JWS juga sangat peduli dengan kesejahtraan para tokoh agama di Kabupaten Minahasa, baik tokoh agama Muslim, Kristen Protestan dan Katolik, semuanya diperhatikan JWS, lewat pemberian insentif perbulan.

“Dari semua hal yang sudah dilakukan JWS, selama dirinya menjadi Bupati di Kabupaten Minahasa, tentunya dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa ternyata, menjadi Kepala Daerah, bukan hanya bermodalkan cerdas dan mampu karena ada uang, namun yang dibutuhkan dari seorang pemimpin adalah Komitmen dan memiliki hati yang bijaksana, untuk melihat kebutuhan serta keinginan masyarakat dan tidak berpikir untuk kepentingan diri sendiri,” ujar Karel Nayoan, pemerhati politik dan pemerintahan di Kabupaten Minahasa.(Angel)

Admin RMC , 9/28/2017

Penulis: Admin RMC

RedaksiManado.Com : Situs Media Online yang menyajikan berita secara umum baik Internasional, Nasional dan Khususnya di Sulawesi Utara
«
Berikutnya
Posting Lebih Baru
»
Sebelumnya
Posting Lama

Tidak ada komentar: