Film ini telah melalui perjalanan yang panjang hingga bisa masuk ke layar lebar. Warner Bros. telah mencoba memberikan superhero yang satu ini film solo selama hampir satu dekade. Sempat gagal pada tahun 2000-an, sosok Patty Jenkins masuk dan membawa film ini melangkah kedepan.
WONDER WOMAN garapan Jenkins menceritakan asal usul sang WOnder Woman, Diana Prince (diperankan oleh Gal Gadot). Dirinya harus memerangi Ares, dewa perang di lokasi Perang Dunia pertama. Sosok Wonder Woman versi Gal Gadot sebenarnya bukanlah karakter yang baru. Pertama kali diperkenalkan ke publik kala Wonder Woman harus bersatu dengan Superman dan Batman untuk melawan Doomsday dalam BATMAN V SUPERMAN: DAWN OF JUSTICE.
Setelah film solo, Wonder Woman akan kembali muncul dalam film JUSTICE LEAGUE. Film ini mencatatkan beberapa prestasi, salah satunya mendapatkan Certified Fresh dari website review film Rotten Tomatoes. WONDER WOMAN bahkan mencatatkan rekor terbaru sebagai film dengan pendapatan minggu pertama terbesar untuk sutradara perempuan.
Sejak WONDER WOMAN dirilis pada jumat lalu, ada banyak kalangan dari industri film yang mengucapkan selamat kepada cast maupun kru dari film ini, terutama kepada Jenkins dan Gadot. Dengan kesuksesan film ini, membuktikan jika superhero perempuan juga bisa mendapatkan pasar yang sama besarnya dengan superhero lelaki.
Permasalahan gender nyatanya juga terjadi dalam film-film superhero, karena sebelumnya tak ada film solo yang mengangkat cerita superhero perempuan. Sejauh ini hanya Black Widow dari DC yang menjadi perwakilan superhero perempuan, namun dirinya tak pernah mendapatkan film solo.
Dengan kesuksesan WONDER WOMAN, tentunya diharapkan akan membuka mata studio maupun filmmaker jika ada pasar yang lebar terbuka untuk film superhero perempuan. Kabarnya, Marvel pun juga sedang menyiapkan film solo untuk superhero wanita Miss Marvel pada tahun 2020 mendatang.
Jenkins menjelaskan dalam interview bersama Cinemablend kalau dirinya bisa saja mendobrak batasan dan membuat WONDER WOMAN menjadi film dengan rating R. Namun jika hal tersebut dilakukan, maka hal tersebut tak akan cocok dengan rencana naratif yang diaplikasikan dalam film ini.
"Aku sangat tak ingin jika film ini mempunyai Rating R. Dan aku sangat menyupport film-film dengan Rating R, namun dalam hal ini, aku takut akan sedikit gadis kecil yang akan menonton film ini jika ratingnya R. Aku berharap ratingnya bisa PG, namun karena settingnya berada di Perang Dunia pertama, sepertinya hal tersebut tak akan terjadi," tutupnya. (Bay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar