REDAKSIMANADO.COM,
MANADO – Dialog Publik dengan tema: ”Memperkokoh Jiwa Nasionalisme, Patriotisme
Pemuda Sulawesi Utara dalam Mensukseskan Pembangunan Nasional” yang
dilaksanakan pengurus Jurnalis Online Manado (JAROD) bertempat di Hotel Formosa
kawasan Bahu Mall Manado berlangsung sukses.
Taufik Tumbelaka, S.IP, pengamat
politik dan pemerintahan Sulawesi Utara (Sulut), selaku salah satu narasumber
menyampaikan tentang modal membangun patriotisme dan nasionalisme.
”Patriotisme dan nasionalisme
merupakan kebutuhan kita, modal kita untuk membangun negara adalah dengan
semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, jika ini memudar maka muncul
semacaman persatuan. Membangun patriotisme ini tidak mudah dan tidak hanya
sekali saja, tapi persoalan patriotisme menjadi hal kekinian, ini merupakan
kewajiban negara untuk menjaganya,” ujar Tumbelaka yang juga alumnus UGM
Yogyakarta ini, Selasa (29/3/2016).
Tambah Tumbelaka, semangat patriotisme
harus dapat diwujudkan pemuda dalam membangun daerah Sulawesi Utara, dikatakan
Tumbelaka juga bahwa realitas saat ini masyarakat mengalami krisis panutan.
Bahkan rakyat Indonesia menurutnya sedang kehilangan identitas.
Tema inipun diulas gamblang oleh Dra.
Lenda Pelealu, selaku Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Manado sebagai
pembicara kedua mengurai tentang eksistensi pemuda yang harus menjadi agen
perubahan mendorong pembangunan. Pemuda, bagi Kadis Lenda harus memiliki
semangat patriotisme, begitupun dengan jiwa nasionalisme yang wajid
diimplementasikan pemuda.
”Patriotisme itu berarti bagaimana
kita membela bangsa dan menjaga stabilitas negara Indonesia. Nah, pemuda yang
tidak punya jiwa patriotisme dan nasionalisme menyebabkan pemuda tersebut apatis,
dan tidak mau berpartisipasi dalam pembangunan, karena muncul rasa
individualistik. Kita pemuda Indonesia harus memperkokoh patriotisme, seperti
di Manado sudah mulai menurun rasa patriotisme dan nasionalisme. Lihat saja,
Tarkam sering terjadi. Aspek keluarga, pendidikan dan pemerintah berperan
penting dalam mewujudkan rasa patriotisme dan nasionalisme yang harus kita
miliki,” papar Lenda.
Sementara itu, Prof Patar Rumapea
memaparkan tentang terjadinya degradasi nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme
yang patut dibangkitkan kembali. Agar kemudian, kecintaan rakyat Indonesia,
khususnya warga Sulawesi Utara terhadap pembangunan nasional dapat diwujudkan
secara kolektif dan sinergis, bagi Prof Patar yang juga calon Dekan FISPOL
Unsrat Manado ini, KKN juga merupakan bagian dari upaya melemahkan rasa
nasionalisme bangsa ini.
”Patriotisme itu adalah upaya dan
sikap kita untuk membela yang benar. Jika apa yang dilakukan pemerintah salah,
otomatis kita tak perlu membela tentunya, mari kita ambil contoh di
negara-negara maju yang tidak lagi sibuk bicara soal nasionalisme. Karena hal
ini sudah tuntas, spirit nasionalisme di negara maju masih sangat sedikit
sehingga perlu disegarkan atau dibangun kembali. Kita memahami nasionalisme
dengan pemahaman kesetiaan dan ketaatan pada negara. Negara pun harus mampu
memusuhi KKN, sebab dampak KKN merugikan rakyat,” ujar Prof Patar.
Akademisi Unsrat Manado ini juga
mengurai soal posisi dan kewajiban rakyat dalam memunculkan partisipasinya
dalam pembangunan. Tidak hanya itu, Prof Patar juga berharap agar kebijakan
negara bersifat adil untuk konteks pembangunan yang merata dan tidak bersifat
diskriminatif pada daerah.
”Pembangunan di NKRI kita harapkan
berjalan adil, merata, dan tidak ada diskriminasi seperti munculnya istilah
Primordial Jawa dan non-Jawa, Barat kemudian pembedaan adanya Timur. Kita harus
maju dengan kembali memahami sejarah secara utuh bahwa sikap nasionalisme dan
patriotisme ini sangat penting dijalankan generasi hari ini. Warga Sulawesi
Utara harus kokoh dan dapat mengambil semangat pembangunan dengan menjadi
pemberani, pantang menyerah, dan membela yang benar dalam pembangunan,” papar
Prof Patar.
(*/iren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar